Sabtu, 17 Januari 2009

MALAM TAK SELAMANYA KELAM

Kubolak – balik kartu undangan di meja kerjaku, tertulis dengan jelas nama seseorang yang pernah singgah di hatiku beberapa tahun yang lalu. Aku tidak bisa menyalahkan Nina jika dia telah memilih pendamping lain. Karena pada waktu itu aku sendiri masih dalam masa pendidikan, aku tak mungkin mengajak menikah secepat itu. Kini pendidikanku sudah selesai dan aku diperbolehkan pulang. Aku kecewa karena aku gagal dalam mempertahankan Nina. Dengan langkah pasti aku datang di pesta pernikahannya. “Selamat atas pernikahan kalian berdua, semoga bahagia selamanya”, ucapku sambil kujabat tangan mereka berdua. Dan aku pergi dengan langkah kecewa. Semenjak itu hari – hari yang kulalui terasa sepi dan hampa. Semuanya serba hambar dan tak terasa waktu sudah empat tahun berlalu, tapi aku masih belum bisa melupakannya. Tiba – tiba brak… di depanku ada kecelakaan, kutolong dan kupapah di ke pinggir ternyata dia langsung pingsan. Tanpa buang waktu langsung kubawa ke rumah sakit dari KTPnya kuhubungi keluarganya kemudian aku tinggal kerja dan pulangnya aku tengok barangali dia belum pulang. Eh benar dia masih terbaring. “Kau tak apa – apa Sofia?”, kataku. “Tidak, kok tau namaku?’”, jawabnya. “Iya dari KTPmu”, kataku. Kemudian aku tak bertemu lagi. Kira – kira seminggu kemudian aku ingin bertemu dengan dia dengan sekedar iseng aku lewat depan kampusnya. Kulihat dia berjalan – jalan tapi tertatih – tatih dengan dua tongkat di tanannya dan masuk pada sebuah mobil, lalu kuiikuti dari belakang dan aku ingin tau siapa pak sopirnya. Sampai di rumah dia dibantu mamanya turun, ternyata sopir pribadi keluarganya. Jadi aku langsung masuk saja. “Sofia”, sapaku. Oh mas Dika masuk yuk..!. “Mam ini Mas Dika yang menolongku tempo hari”, katanya memperkenalkan pada mamanya. “Masih sakit kok kuliah”, kataku. Sebenarnya hari ini waktu kontrol, tapi aku lagi ujian, “Besok aja kontrolnya”, jawabnya. “Bagaimana kalau besok kuantar”, kataku. “Nanti merepotkan”, jawabnya. “Nggak ada yang cemburu?”, godaku. Dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Sejak saat itu aku dan dia berteman serta aku juga menjalin hubungan denganku.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah....keyennn...keyennnn.....
tapi kuk sedih gitu yach....
hehehe.... :-)