Sabtu, 17 Januari 2009

SEBUAH TRAGEDI

Siang itu udara terasa panas aku duduk – duduk di bebatuan sambil kutenggelamkan kakiku di air. “Ah pantai pasir putih”, begitu banyak kenangan maniskudengan seorang dara. Namun di sini pula aku berpisah, yach…dimana kedua orang tua kita saling menentang adanya perbedaan agama diantara kita. Pada waktu itu kau mengangis di pelukanku, karena kamu diajak pindah oleh kedua orang tuamu. Sampai kini aku tak tahu dimana rimbanya tiba – tiba. “Mas saya minta tolong “, sapa seorang gadis yang mengagetkanku. Aku mengernyitkan dahiku sambil memandang kelima gadis itu. “Tolong apa?”, kataku tak mengerti. “Gini kami tadi habis jalan – jalan terus mau pulang ternyata tas saya hilang beserta dompenya”, kata salah satu dari mereka. “ Kalian minta diantar pulang?”, kataku. “ Bukan – bukan begitu, tolong hubungi keluarga saya biar mereka saja yang menjemput kami di sini”. Kata mereka. “Baiklah berapa nomornya?”, kataku sambil mengeluarkan Hpku. Setelah kuhubungi keluarganya, baru kelima cewek itu pergi. Tak lamapun aku beranjak pergi, tapi kulihat kelima gadis itu masih belum pulang, lalu kuhampiri. “ Belum dijemput?”, kataku. Mereka menggeleng. “Boleh kutemani ?”, kataku. Dan mereka mengangguk. “Bagaimana kok sampai di sini?”, tanyaku. “Kami tadi kesini karena undanganku, hari ini adalah ULTAH-ku mereka kuajak makan – makan di sini. Setelah bayar makanan aku ke toilat dan disana tasku hilang”, katanya. “Siapa yang berulang tahun?”, tanyaku. “Winda”, jawab mereka serempak. “Kalian masih sekolah?’, tanyaku. “Ya baru semester satu”, jawab Winda. Tak berapa lama kemudian jemputan datang. “Terima kasih Mas”, kata mereka sambil beranjak pergi. Besoknya aku ketemu Winda lagi,. Tapi di kampus dia kaget, aku juga. “Jadi ternyata kita satu kampus?’, tanyaku. Dia tersenyum malu. “Nggak minta tolong lagi?”, godaku. Dia mendelik sambil memukulku. “Kamu jahat”, katanya manja.

Tidak ada komentar: