Aku kenal Beni itupun dari teman – temanku dan dari perkenalan itu terjadilah suatu hubungan yang manis dimana benih – benih cinta itu tumbuh di hati kami. Cowok itu mampu memberiku ketegaran saat aku terombang – ambing. Ternyata masih ada juga cowok yang baik mau mengerti perasaanku ini. Namun kebahagiaan itu tak lama, karena impian itu sudah hilang ditelan waktu. Akhirnya harus kuterima lagi luka yang kesekian kalinya. Kadangaku tak mengerti kenapa aku harus mengalami luka dan luka lagi. Ya...Tuhan apa dosaku hingga aku seperti ini. Waktu terus berlalu aku tak boleh menyesali apa yang sudah terjadi pada diriku. “Tania!”, sapa seorang cewek dari belakang. Aku menoleh. “Tania ya? ”, katanya meyakinkan. “Iya kau Nena kan?”, balasku. Lalu kami saling berpelukan. “Bagaimana kalau kita minum-minum dulu?”, ajak Nena. “Okelah”, jawabku mengiyakan. “Tania kau masih kenal Beni?”, Tanya Nena. “Tak usah mengingatnya lagi”, pintaku. “Tapi dia kemarin kerumahku dan ingin minta maaf padamu”. Sebenarnya dia itu masih saying padamu dan sekarang dia merasa sangat bersalah”, katanya. “Lalu kenapa dia pergi meninggalkanku?”, tanyaku. “Dia pergi karena tergoda oleh teman adiknya yang cantik, tapi katanya tak sebaik kamu, makanya dia sampaikan ini dulu padaku. Karena ia takut kau tak mau menerimanya lagi”,kata Nena. Aku menarik nafas berat, “Ah…Beni kelak melindungiku”. Setelah mendengar pengakuan dari Nena Kini sedikitpun aku tak merasakan getar – getar indah seperti dulu, hatiku semakin beku dan membatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar