Sabtu, 17 Januari 2009
HARAPAN YANG TERLALU DINI
Aku sebagai anak ingusan ingin bercinta seperti kakakku, yang begitu mesra dan bahagianya mereka. Pernah pada suatu hari kutanyakan pada kakakku. “Kak Santi rasanya orang dicintai dan mencintai ?”, kataku. Kakakku tersenyum. “Jangn berpikir kesitu dulu, kamu masih kecil”, jawabnya. “Kakak meremehkan aku ya..”, rengekku. “Tidak Dinda semua orang berhak mendapatkan cinta, tapi tidak sekarang kamu masih kelas II SMP masih terlalu dini soal itu”, kata kakakku yang sudah kuliah itu. “Tapi kak aku sudah mendapatkan surat cinta nih buktinya”, kataku. “Kamu!”, kakakku terperanjat. “Bolehkah aku mencobanya biar seperti kakak?”, kataku. “Orang berpacaran tidak cukup hanya dengan saling mencintai lho Din, tapi banyak”, kata kakakku. “Makanya sambil diajarin”, belaku. “Tapi resiko sakit hati tanggung sendiri lho ya?”, kata kakakku. “Beres deh kak”, jawabku sambil tertawa. Kini hari – hari yang kulalui bersama Dino begitu indah. Dimana debaran- debaran jantung selalu menyertaiku. Setelah cinta semakin lekat tiba – tiba itu yang membuatku takut kehilangan dia. Hingga kalau Dino lagi berbincang – bincang atau sedang berjalan dengan gadis lain hatiku sakit, dan itu yang tak bisa kutahan lagi. Ini yang sering membuatku sering bertengkar. “Kamu terlalu cemburu Din, tolong berpikirlah yang sehat”, pintanya dimana saat itu aku lagi bungkam beberapa hari dengan Dino. Karena kulihat dia memboceng gadis lain. “Nah…apakah aku tak boleh marah, tak boleh cemburu”, gumamku. Ternyata benar kakakku cinta membutuhkan segalanya, selain kasih saying, kesetiaan juga pengorbanan dan segala macam. Akhirnya kutinggalkan juga Dino dengan sejuta luka di hatiku. Benar kakakku, aku belum cukup dewasa untuk kesana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar